Langsung ke konten utama

Galih and Audrey ♡


Burung – burung berkicauan di pagi hari, sungguh merdunya. Ku buka jendela kamarku, dan ku lihat sinar matahari. Aku tak dapat menatap matahari, tetapi aku dapat merasakan betapa hangatnya cahaya yang dipancarkan. Ucapan syukur ku panjatkan, aku masih dapat bernafas di pagi hari yang indah ini.
Namaku galih. Aku hanya seorang laki-laki tamatan SMA, yang  berasal dari keluarga tidak mampu. Aku tinggal dengan ibu dan ketiga adik-adik ku yang masih duduk di bangku sekolah, sementara ayahku sudah meninggal ketika adik ku yang paling kecil berumur satu tahun. Ibuku hanya seorang penjual sayuran di pasar, dan aku sungguh tak tega melihat ibuku harus bekerja keras untuk menghidupi aku dan adik-adik ku. Terkadang aku membantu ibuku berjualan di pasar, disamping pekerjaanku sebagai seorang kasir disebuah toko swalayan.
Segera aku menuju kamar mandi untuk bersiap-siap pergi menemui kekasihku, Audrey. Hari ini Ia akan pergi ke Australia untuk berkuliah disana. Ya.. Audrey memang berasal dari keluarga yang terpandang dan berada. Aku pun sungguh tak mengerti, mengapa Audrey mau berpacaran dengan laki-laki yang tak punya apa-apa seperti aku. Sifatnya yang mau menerima aku apa adanya yang membuat hubungan kami terus bertahan sampai  4 tahun. Audrey adalah perempuan yang paling aku sayang setelah ibuku. Entahlah..aku tidak tahu bagaimana hubungan ku selanjutnya dengan Audrey jika Ia harus berkuliah di luar negeri.
Setelah selesai berpakaian, segera aku menuju rumah Audrey. Menggunakan vespa hijau kesayanganku, yang selalu menemaniku kemana pun aku pergi. Jarak rumahku menuju rumah Audrey tidak begitu jauh, hanya membutuhkan dua puluh menit untuk sampai ke rumahnya yang berada di sebuah kompleks elite. Setibanya di depan rumah Audrey yang megah itu, aku menepikan motor vespaku di bawah sebuah pohon dekat rumah Audrey. Sejak kejadian dua tahun lalu, aku tak pernah lagi menginjakkan kakiku di rumah Audrey. Orangtuanya sangat tidak menyetujui hubunganku dengan Audrey. Maklum saja, Audrey adalah anak satu-satunya.
Setiap aku ke rumah Audrey, aku harus menelpon dan memberitahunya bahwa aku sudah ada di bawah pohon tempat biasa kami bertemu. “aku udah di bawah pohon deket rumah kamu nih, kamu bisa keluar sebentar nggak?” kataku. “heeeeeey! Iya, iya sabar ya sayang aku keluar” balas Audrey dengan nada riang. Telepon ku tutup dan aku turun dari vespaku, kemudian duduk di sebuah bangku yang tak jauh dari pohon itu. Tiba-tiba....
Mataku ditutup oleh seseorang dibelakangku, yang sudah sangat aku hafal kecil dan lembutnya tangan itu. “audrey.....”. “ih kok kamu tau sih, gal?” tanyanya heran. “ya iyalah empat tahun pacaran, aku udah hafal banget bau parfum kamu sampe tangan kamu yang mungil itu hihi”.
Audrey duduk di sebelahku, dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

“hari ini kamu pergi jam berapa?” tanyaku memulai pembicaraan.
“hmm...bisa nggak kita nggak usah ngomongin itu dulu?”
“loh kenapa???” tanya ku heran.
“rasanya.......aku mau nangis” jawab Audrey dengan nada sedih.
“nangis kenapa? Cerita sama aku.” Ku tatap wajahnya, tetapi Audrey semakin menunduk dan kemudian memeluk lengan kiriku dengan erat.
“aku tuh nggak mau pergi kesana, gal! Tapi papa......” Audrey mulai terisak.
“kenapa? Kamu tuh seharusnya beruntung drey. Masih punya kesempatan untuk kuliah di luar negeri. Lihat di luar sana banyak yang nggak seberuntung kamu, aku contohnya” jawabku, sambil mengelus kepalanya.
“sebenarnya.....aku ke Australia bukan kuliah gal, bukan kuliah.....” air mata Audrey mulai berjatuhan.
“bukan kuliah??? Terus ngapain dong kesana???” tanyaku dengan amat sangat heran.
“aku.....aku.....aku......” jawab Audrey  yang semakin tak kuat menahan tangis.
“kenapa sih drey? Sini – sini tenangin dulu, baru cerita ya”. Ku hapus air mata di pipinya dengan tanganku. Kemudian membiarkan Audrey memeluk ku semakin erat.
“aku......mau ditunangin disana, gal. Aku nggak mau”
Spontan, dadaku sesak rasanya. Sungguh tak percaya mendengar apa yang barusan Audrey katakan. Tak ada kata yang dapat aku ucapkan saat itu. Aku hanya terdiam...
“gal, gal....aku nggak mau gal. Aku cuma sayang sama kamu...”. Audrey mencoba meyakinkan aku.
“gal...galiiiiih.....kok kamu diem sih?”. Audrey menatap mataku, dan ku lihat ia sangat ingin agar aku menemui ayahnya untuk menghentikan pertunangan itu.
“kamu mau aku ngapain?”
“aku mau kamu ke rumah, gal. Bilang sama papa, kita udah empat tahun pacaran. Aku cuma sayang sama kamu, aku nggak mau di tunangin” Audrey masih memeluk lenganku erat.
“audrey, dengerin aku ya...aku ini bukan laki-laki yang berkelimpahan harta. Kamu tahu kondisi aku kan? Aku yakin papa kamu hanya menginginkan yang terbaik buat kamu anak perempuan satu-satunya” jelasku.
“lalu hubungan kita yang sudah empat tahun harus berhenti? Semua sia-sia?”
“harus kita sudahi sampai sini drey, kamu sudah punya calon tunangan. Dan aku nggak berhak mengganggu keputusan keluarga kamu. Aku pribadi, nggak pernah merasa hubungan kita sia-sia. Kamu tahu, seberapa besar aku menyayangimu drey”. Audrey berenti menangis dan ia melepaskan pelukannya dari lenganku. Sejenak kulihat, ia mencoba tegar menerima ini semua. Tak lama kemudian, pembantu rumah Audrey keluar menghampiri kami di bawah pohon.
“mba..disuruh ayah masuk katanya siap-siap mau pergi mba”, Mbak Asih memecah suasana hening kami tadi. Audrey menatapku...
“jadi....ini keputusan kamu? Kamu rela aku pergi?” tanya Audrey.
“aku selalu menginginkan yang terbaik buat kamu drey. Kalau pun Tuhan memang mengizinkan kita bersama-sama lagi, suatu saat kita bertemu lagi drey. Baik-baik disana ya drey, jaga kesehatan kamu. Aku nggak akan pernah lupain kamu, selamat tinggal drey”
Aku melangkahkan kaki ku menuju vespaku. Sementara Audrey masih duduk di bangku itu. Kunyalakan mesin motorku, dan lekas melaju. Kulihat audrey masih disana dan menangis terisak-isak. Mbak Asih mencoba menenanginya.
Rasanya...sangat perih melihat Audrey menangis seperti itu. Mungkin, aku terlihat seperti laki-laki pengecut yang tidak memperjuangkan cintanya. Tetapi, perjuangan cinta ini sudah yang kesekian kalinya untuk ku. Meskipun berat melepasnya, aku tetap berterima kasih untuk segala kenangan indah yang pernah ada antara aku dan Audrey. Hari ini, ingin ku tutup bulan november penuh kenangan, dengan semangat baru esok hari menyambut datangnya bulan baru.
“Audrey, terimakasih kamu pernah ada di hatiku. Terimakasih kamu pernah membuat hariku lebih berharga. Satu hal yang harus kamu tahu, kamu adalah yang terindah yang pernah aku miliki”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#CatatanPerjalanan Suku Dayak Bumi Segandu - Indramayu

Hei there! Let me tell you something :p Ya, sesuatu yg menurut saya amat sangat luar biasa..........hip! hip! horee! :D :D Bulan april ini beda sama bulan-bulan sebelumnya, bulan-bulan kemaren diakhiri dengan tulisan-tulisan yg isinya ambisi, bulan ini diakhiri dengan pengalaman yg amat sangat luar biasa hip! hip! horeee! :D Bukan seberapa banyak uang yg harus dikeluarkan demi mendapatkan fasilitas yg layak, tapi dibalik itu semua ada sebuah pengalaman yg JAUH LEBIH BERHARGA! Dan akhirnya? Jerih payah, sibuknya dan mondar-mandir kesana-kemari itu dibayar dengan lancar dan suksesnya acara ini. Aaaaaah! Than's God <3 :)) Ada banyak hal yg bikin pusing kepala sebelum berangkat ke Indramayu-Kuningan ini, mulai dari biaya, persiapan tempat, teknisi, dll nya itu ohemjiiiii! But at least......it's magic! Hahahaa nggak ada satu hal pun yg mengecewakan :)) 29 April 2012, 05:00 WIB Jebar, jebur mandi buru-buru. Gimana enggak? Udah semangat banget ini datengnya, hahaha bik

#CatatanPerjalanan Paseban Tri Panca Tunggal (Desa Cigugur Kuningan)

Taraaaa!! This is the second observation yuhuuu~ Waktu nyampe di desa ini, kita disambut sama pihak desa ini. Disini masih keturunan kerajaan sunda gitu, cuma lupa namanya apaan :p ini Pimpinan Desa Cigugur (kiri) namanya Ramanda Pangeran Djati Kususuma, punya anak namanya (kanan) Rama Anom. Asli kondisi disini sundaaaaaa banget! Mulai dari makan malamnya, bajunya, sama orang-orang yang ada di keraton itu :D Yg pake baju item-iyem sama iket kepala ini yg nganterin kita kerumah warga-warga yg rumahnya boleh kita tumpangin buat nginep wuehehehhe :p Ditengah-tengah jalan raya, di depan keraton ada patung ini hahahaaa :D Nah di desa ini, kita pada nginep di rumah-rumah warga. Kebagian homestay yg kedua dirumah Bu Murnah yipiiiiiy :p Cringgg!! Penghuni homestay 2 : (kiri-kanan) Gracya Yunita Silitonga, Fransiska Christanti, Tiara Sakti Nurcahyani,  Mentari Apriyani dan saya yg fotoin :p Kocak adalah ketika kita berlima masuk ke dalam rumah bu murnah te

Tertyn's Wedding Party♥

"The first time we met....." Love is not about you or me, BUT it's about us.. Dan jika hari ini kita beroleh hari bahagia, itu HANYA karena Tuhan yg mengizinkan pertemuan kita :)) A brand new day for our beloved aunty, Tertyn Tambunan with her husband Rencius Lodewiyk Hutauruk. May love always all around you forever <3 Be everlasting yaaa :))   Tertyn Tambunan & Rencius Lodewiyk Hutauruk But I loved this moment, huwaaaah The Tambunans Freak Family yuhuuuuu~ (kiri-kanan) Kato Tambunan, Feres Tambunan, Novi Tambunan, Katarina Tambunan, Elisa Tambunan, Grace Tambunan, Rico Tambunan, Gerard Tambunan Herson Pasaribu (bere) with Kato Tambunan And Im with freaky boy wkakakak :D Martha Simanjuntak - Novi Tambunan PART OF TAMBUNANS FREAK FAMILY :P