Langsung ke konten utama

Indonesia Bagi Kemuliaan Nama Tuhan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmiD_AYraTBdFpAVi_jlAwbglNbe31C-3Mgqv4HHqQVxNOYpRDybIBrtMQuOTcRrBOxvpCWz7wCiwlVAVbu2m_CSyVfW-pl4eyJqeWeQbt_Nktk1MyZGM-5OgFsuFFClOgj2FvhNRlP6cF/s1600/dirgahayu.jpg
Dalam negara demokrasi –salah satunya Indonesia– mengenal sistem pemilu atau pemilihan umum sebagai alat dari demokrasi itu sendiri. Pemilihan umum dapat dikatakan sebagai sebuah senjata untuk rakyat dalam menentukan pemerintahnya, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sayangnya, tidak banyak masyarakat yang sadar akan peranannya sebagai warga negara dalam menentukan pemerintahan. Tidak banyak masyarakat yang sadar, betapa berpengaruhnya suara mereka dalam menentukan nasib bangsa. Masih banyak dari masyarakat Indonesia yang apatis, meskipun sikap apatis juga memiliki berbagai sebab yang salah satunya juga disebabkan karena kekecewaan terhadap pemerintahan yang menyelahgunakan amanah rakyat. Faktanya, lembaga survei menyatakan bahwa tingkat golput semakin tinggi dari tahun pemilu hingga tahun pemilu berikutnya.
Salah satu indikasi demokrasi yang sehat adalah adanya masyarakat yang madani, artinya masyarakat menyadari perannya sebagai warga negara dan tahu bagaimana harus berperan sebagai warga negara. Fakta berbicara bahwa Indonesia masih jauh dari demokrasi yang sehat, dimana pemilu berjalan dengan baik dan masyarakat yang madani. Mungkin tak pernah terlintas dalam pikiran masyarakat kita yang lebih sibuk memikirkan kehidupannya di esok hari, sambil mengais sampah atau meminta-minta di pinggiran lampu merah untuk memahami dan turut serta dalam berdemokrasi. Mereka lebih sibuk untuk memikirkan kelanjutan hidup mereka esok hari, ketimbang mencari tahu informasi atau jejak rekam calon presiden dan calon wakil presiden tanggal 9 juli nanti. Bisakah mereka dipersalahkan? Kesejahteraan yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan merupakan tujuan bangsa Indonesia, itu lah yang mereka cari setiap harinya.
Masyarakat yang minim pengetahuan politik, justru dimanfaatkan oleh oknum politik. Oknum politik yang memiliki pemikiran prgamatis, kemudian terjun ke dalam partai politik dengan iming-iming sejuta janji-janji manis kepada masyarakat. Segala cara rela dilakukan demi memperoleh kekuasaan dan dukungan. Kita mengenal sistem ketok pintu satu malam, menjelang hari pemilu dimana kader para pendukung peserta pemilu mengetuk pintu rumah warga dengan membawa amplop. Berharap, keesokan paginya mereka akan dipilih oleh masyarakat. Pemimpin yang terpilih dengan cara ini, tentunya juga akan memikirkan cara bagaimana akhirnya mendapatkan kembali uang yang keluar saat kampanye. Korupsi, itulah pemberitaan dalam televisi. Kita tidak dapat menutup mata dan telinga kita, bahwa kesejahteraan adalah akar dari segalanya. 

Lalu apa yang dapat kita perbuat untuk negara ini? Kiranya melalui kita, dalam bidang, studi ataupun pekerjaan kita masing-masing dapat menjadi kepanjangan tangan bagi kesejahteraan bangsa ini. Karena ketika kita dapat menjadi berkat dalam bidang, studi, ataupun pekerjaan kita masing-masing untuk membangun bangsa Indonesia, disitulah letak makna yang sesunguhnya dari…

Indonesia demi kemuliaan nama Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romantis

HOMEEEEEEY!!! :D  Akhirnya.........sampe rumah juga:) What a tired day! Thank's God :p :p :p Bersyukur banget masih dikasih kesempatan untuk beraktivitas, perkuliahan yang masih boleh berjalan dengan baik. Dan hari ini......ngerasa beda banget selain karena the first time ikutan TBP (Temu Bina Pelayan) hari ini ada sesi curhat gitu sama TKK (Temen Kelompok Kecil) Ayeeeeey :D Kalo diinget-inget sih, aiiiih udah kucel ajatuh pas kuliah kedua nyatetnya busetttt ful banget yeeee dua lembar kertas berasa anak SD dan di dikte hahahaa... Cuma beruntung sih, sorenya bisa ikutan rapat bareng HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Ilmu Sosial Politik - Univeristas Negeri Jakarta buat prepare our first event yihiiiiy SYFO. Sekretarisnya itu rekan gue di kelas, Mentari Apriyani Blezenski Willy Sungkar (iuuuhks! hoeeeeks! *pingsan*) Nggak ngerti apa yang ada di pikiran dia deh.....cewe-cewe infotaiment banget dia, makanya jadi stalker mulu *eh :p :p :p :p  Hari ini juga pertama kalinya...

His promises :)

Bukan hal baru jika aku harus terjatuh lagi ke dalam lubang kegelapan, Bukan hal baru jika aku harus duduk diam dititik terendah kejenuhanku Ketika sunyi. Ketika sepi. Ketika senyap menghampiri Menguasai. Bertahta. Bahkan merenggut aku dari sisi-Mu.. Aku bertanya.. Tuhan.. Mengapa begitu banyak kabut yang menghalangi padanganku tuk melihat wajah-Mu? Tuhan.. Mengapa begitu jauh jarak jurang yang memisahkan aku dengan-Mu? Tuhan.. Mengapa begitu lebat hutan yang harus aku lalui tuk menemui-Mu di seberang sana? Tuhan.. Mengapa begitu berat rintangan yang harus aku hadapi untuk kembali ke jalan-Mu? Aku berteriak.. Tuhan.. Aku mohon jangan pernah Kau lepaskah genggaman tangan-Mu.. Tuhan.. Aku mohon angkat aku dari titik kejenuhan ini.. Tuhan.. Aku mohon singkirkan kegelapan yang memekat ini.. Tuhan.. Aku mohon....Aku mohon...Aku mohon... Aku tau. Aku lemah. Aku tau. Aku hina. Namun Kau selalu menilaiku bergharga :( "Tuhan, jadil...

#CatatanPerjalanan Paseban Tri Panca Tunggal (Desa Cigugur Kuningan)

Taraaaa!! This is the second observation yuhuuu~ Waktu nyampe di desa ini, kita disambut sama pihak desa ini. Disini masih keturunan kerajaan sunda gitu, cuma lupa namanya apaan :p ini Pimpinan Desa Cigugur (kiri) namanya Ramanda Pangeran Djati Kususuma, punya anak namanya (kanan) Rama Anom. Asli kondisi disini sundaaaaaa banget! Mulai dari makan malamnya, bajunya, sama orang-orang yang ada di keraton itu :D Yg pake baju item-iyem sama iket kepala ini yg nganterin kita kerumah warga-warga yg rumahnya boleh kita tumpangin buat nginep wuehehehhe :p Ditengah-tengah jalan raya, di depan keraton ada patung ini hahahaaa :D Nah di desa ini, kita pada nginep di rumah-rumah warga. Kebagian homestay yg kedua dirumah Bu Murnah yipiiiiiy :p Cringgg!! Penghuni homestay 2 : (kiri-kanan) Gracya Yunita Silitonga, Fransiska Christanti, Tiara Sakti Nurcahyani,  Mentari Apriyani dan saya yg fotoin :p Kocak adalah ketika kita berlima masuk ke dalam rumah bu murna...