Siapa yang takut? Siapa yang berani? Tapi ini bukan kuis Siapa
Berani. Walaupun dalam Politik, semua bisa di luar kendali dan prediksi.
Bagi kita, mayoritas itu menjadi sebuah kebenaran. Betul bukan?
Meskipun…masih banyak hal yang menjadi keraguan, tapi itulah musyawarah
yang diagungkan. Meskipun kita tidak tahu kesepakatan dan perjanjian apa
yang dibuat sehingga melahirkan suara mayoritas. Benarkah suara
mayoritas menentukan kualitas?
Hari ini saya dikejutkan dengan sebuah opini, yang (lagi-lagi) seputar
Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta yang akan mengikuti pertarungan
politik di bulan Juli nanti. Mari kita berandai-andai. Sesuai dengan
beberapa prediksi yang sangat kuat saat ini, ada dua kubu yang
terbentuk. Pertama, Joko Widodo dengan koalisi PDI-Perjuangan, NasDem, dan PKB. Kedua, Prabowo Subianto dengan koalisi tenda besar Gerindra, Golkar, PAN, dan PKS.
Pada tulisan kali ini, mari melihat posisi kubu pertama yaitu Joko
Widodo yang saat ini sedang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Seandainya, Joko Widodo menang dalam pemilihan umum presiden bulan Juli
nanti..lalu siapa yang akan menggantikan posisi beliau? Sudah pasti,
Wakil Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahja Purnama atau yang dikenal
dengan Ahok.
Lalu kira-kira bagaimana reaksi yang akan timbul jika Basuki Tjahja Purnama menggantikan Joko Widodo?
Opini menggelitik hari ini : “Negara Dipimpin Kaum Minoritas?”
Minoritas? Sungguh hal yang sangat sentimentil. Sekarang penilaian kita
harus diuji. Dari sudut mana kita harus menilai seseorang? Apakah
kuantitas menentukan kualitas? Mungkin akan ada berbagai macam reaksi
yang timbul. Entah karena tidak menginginkan DKI Jakarta dipimpin oleh
minoritas, sehingga menolak Joko Widodo untuk maju dalam Pemilihan umum
presiden, atau memang ada motif lain? Entahlah. Kita lihat nanti.
Komentar
Posting Komentar